Upaya meninjau struktur keuangan suatu perusahaan dalam hubungannya dengan aktivitas (modal kerja) adalah merupakan kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan.

Hal ini disebabkan karena modal kerja muncul sebagai akibat dari kebijaksanaan pembelanjaan dalam hal memperoleh dana atau modal untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tersedianya dana yang cukup merupakan suatu syarat agar perusahaan dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lancar. Cukup berarti tidak kekurangan dan tidak pula kelebihan dana sesuai dengan manajemen strategi suatu perusahaan.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasionalnya sehari-hari. Contohnya: pengeluaran atas biaya-biaya faktor produksi seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembayaran listrik, telepon, dan lain-lain.

Dalam pembelanjaan modal kerja setiap perusahaan menginginkan agar dana yang telah dikeluarkan tersebut dapat kembali diperoleh dalam jangka waktu yang lebih singkat melalui hasil perputaran modal kerja.

Pengertian Modal Kerja

  • Riyanto (2001:3) modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar (current assets)
  • Prastowo dan Rifka (2002:104) mendefinisikan modal kerja sebagai total aktiva lancar (gross working capital) atau selisih antara aktiva lancar dan utang lancar (net working capital)
  • Kamsir (2010: 210), modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek.

Dari beberapa pendapat para pakar diatas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang modal kerja. Terdapatnya konsep pengertian modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang disebut sebagai modal kerja bruto (gross working capital)

Konsep modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancar disebut sebagai modal kerja netto (net working capital)

Faktor Yang Mempengaruhi

Menurut Munawir (2001:11), ada beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi modal kerja, antara lain:

  1. Sifat atau tipe perusahaan. Jenis perusahaan sangat menentukan besarnya modal kerja. Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih baik rendah bila dibandingkan dengan modal kerja perusahaan industri.
  2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga-harga per satuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual.
  3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Faktor ini sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
  4. Syarat penjualan. Syarat penjualan barang ini sangat mempengaruhi besar modal kerja yang harus disediakan oleh perusahaan. Apabila penjualan dilakukan secara kredit berarti perusahaan menyiapkan dana modal kerja yang besar. Dan sebaliknya, apabila penjualan dapat dilakukan secara tunai berarti dapat memperkecil investasi dalam piutang.
  5. Tingkat perputaran persediaan. Inventory turnover menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti, dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (khusus yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.

Pada umumnya sumber-sumber modal kerja pada perusahaan berasal dari hasil operasional perusahaan yaitu jumlah net income dalam perhitungan rugi laba, ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.

Selain dari keempat sumber modal kerja tersebut, masih ada sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya, yaitu seperti yang dikemukakan oleh Munawir (2001:53), sebagai berikut:

  1. Pinjaman dari bank
  2. Pinjaman jangka pendek
  3. Hutang dagang yang diperoleh dari supplier

Perputaran Modal Kerja

Apabila dana didefinisikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan tentang sumber dan penggunaan dana. Dan pada akhirnya, menunjukkan hasil dari perputaran modal kerja yang berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode.

Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian. Setiap transaksi hanya akan mempengaruhi perputaran modal kerja, apabila secara simultan transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tak lancar.

Prastowo dan Rifka (2002:109), menjelaskan bahwa modal kerja adalah sumber modal yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan selama periode berjalan. Laporan laba-rugi memuat data tentang aktivitas operasional perusahaan, dan karenanya kita dapat menggunakan data tersebut untuk menentukan jumlah modal kerja yang berasal dari operasional tersebut.

Penghasilan yang dicatat berdasarkan basis akrual, mengakibatkan kenaikan aktiva lancar seperti kas atau piutang, dan oleh karenanya menaikkan modal kerja. Biaya yang dicatat atas dasar basis akrual, mengakibatkan penurunan aktiva lancar seperti kas atau kenaikan utang lancar seperti utang dagang. Biaya, oleh karenanya, menurunkan modal kerja.